Tanjungpinang – Persoalan pembangunan bangun bagi lahan antara almarhum Agustinus Asad, PT Bening Toya, dan PT Puspanandari Karya kembali mencuat. Pihak mediator yang turut mengatur kesepakatan awal menilai salah satu pihak belum memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian yang dibuat melalui notaris, Selasa (14/10/2025).
Berdasarkan keterangan yang diterima, almarhum Agustinus Asad pada awalnya menjalin kerja sama dengan PT Bening Toya melalui sistem bagi hasil pembangunan perumahan. Namun, karena pembangunan tak kunjung dimulai, Agustinus Asad sempat meminjam dana sebesar Rp32 juta kepada PT Bening Toya.
Belakangan, Agustinus Asad mencari pengembang baru dan bertemu dengan Widya Herlambang, selaku perwakilan dari PT Puspanandari Karya Sejahtera, yang berminat melanjutkan proyek tersebut. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Agustinus Asad, Wulan dan Nurbeti selaku perwakilan PT Bening Toya, serta Widya Herlambang dari PT Puspanandari, disepakati bahwa sebelum pengalihan lahan dilakukan, seluruh kesepakatan dituangkan melalui akta notaris.
Salah satu poin penting dalam perjanjian tersebut ialah kewajiban PT Puspanandari untuk melunasi utang Agustinus Asad kepada PT Bening Toya sebesar Rp32 juta, serta membayar tambahan Rp52 juta sebagai kompensasi kepada pihak mediator. Nilai total yang disepakati mencapai Rp85 juta atas satu unit rumah yang dijual kepada pihak PT Puspanandari Karya Sejahtera.
Namun hingga saat ini, pembayaran yang diterima baru sebesar Rp32 juta melalui rekening PT Bening Toya. Sisa pembayaran kepada mediator disebut belum diselesaikan. Beberapa kali ditagih, pihak PT Puspanandari disebut memberikan berbagai alasan yang dinilai tidak jelas.
Situasi semakin rumit setelah Agustinus Asad meninggal dunia. Pihak PT Puspanandari disebut melanjutkan komunikasi langsung dengan ahli waris tanpa melibatkan pihak mediator, meski perjanjian awal dibuat di hadapan notaris dan melibatkan semua pihak terkait.
Mediator PT Bening Toya, Wulan dan Beti, menyatakan akan menempuh jalur hukum apabila PT Puspanandari tidak segera menyelesaikan kewajibannya sesuai isi kesepakatan.
“Kami hanya menuntut hak sesuai isi perjanjian yang sah di hadapan notaris,” ujar Wulan saat dikonfirmasi.
Darius, selaku pihak keluarga yang mengetahui proses tersebut, turut membenarkan bahwa perjanjian itu masih berlaku dan belum diselesaikan sepenuhnya. (Yt/Reza).
Tinggalkan Balasan